1. Login ke Akun Blogger Anda
2. Buka Tata Letak , Klik Tambah Gadget
3. Kemudian pilih HTML/Javascript
4. Copy Pastekan kode masing-masing animasi dibawah ini yang Anda senangi
Minggu, 31 Januari 2016
Minggu, 24 Januari 2016
Menambah gadget
1.Menambah gadget pengikut (follower)
Login ke Blogger
Dari dasbor klik opsi lainnya
Klik Tata Letak
Klik tambah gadget
Klik gadget lain
Tambah pengikut
Klik simpan.
Login ke Blogger
Dari dasbor klik opsi lainnya
Klik Tata Letak
Klik tambah gadget
Klik gadget lain
Tambah pengikut
Klik simpan.
Selasa, 19 Januari 2016
Pangeran Diponegoro
Biografi Pangeran Diponegoro. Beliau
dilahirkan di Yogyakarta, 11 November 1785. Ia meninggal
pengasingannya di Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 8 Januari 1855
pada umur 69 tahun. Beliau adalah salah seorang pahlawan nasional
Republik Indonesia. Makamnya berada di Makassar. Pangeran Diponegoro
adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di
Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari
seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang
garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran
Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo.
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.
Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro.
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.
Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro.
Minggu, 17 Januari 2016
Langganan:
Postingan (Atom)